Kamis, 14 April 2022

MENUMBUHKAN BUDAYA POSTIF

MENUMBUHKAN BUDAYA DISIPLIN POSITIF DISEKOLAH

Oleh Syamsurizal, S.Hum CGP angkatan 4 kota Padang, asal sekolah SMKN 3 Padang

 


                                               Sekolah merupakan rumah kedua bagi siswa, karena
Sebagian besar waktu anak diisi dengan beraktivitas di sekolah. Karena itu penting untuk menciptakan  sekolah sebagai lingkungan yang menyenangkan bagi anak, dimulai dari sejak awal masuk sekolah hingga anak-anak lulus dari satuan pendidikan.  Sedangkan guru juga merupakan orang tua kedua bagi anak yang peranannya juga sanagat penting dalam pertumbuhan belajar anak salah satu peranannya adalah dalam memberikan bekal ilmu. Terlebih lagi, guru dinilai sebagai sosok yang berpendidikan yang diharapkan mampu mendidik anak bangsa untuk masa depan.

Namun harapannya, tidak sekedar mendidik dan memberikan materi akademik saja di sekolah. Peran guru lebih dari itu. Guru diharapkan juga dapat menanamkan nilai-nilai positif pada murid, karena guru akan digugu dan ditiru (role model) bagi para murid. Maka, dari itulah mengapa guru memiliki peran yang besar dalam menumbuhkan dan pembentukan budaya postif  bagi murid.

Sebelum kita masuk ke budaya postif apa, yang perlu dikembangkan disekolah perlu kiranya memahami terlebih dahulu apa itu budaya, budaya itu suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh sekelompok orang, kemudian diwariskan kepada generasi selanjutnya. Selain itu, Budaya merupakan suatu pola hidup secara menyeluruh. Budaya memiliki sifat abstrak, kompleks, dan luas. Sementara menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Budaya adalah sebuah pemikiran, akal budi atau adat istiadat. Jadi budaya adalah sebuah pola hidup yang muncul dari akal dan budi manusia berupa nilai nilai yang dianggap baik dan perlu dilaksanakan secara terus menerus.

Agar nilai nilai yang dianggap baik dan perlu dikembangkan disekolah,maka sebaiknya para guru memulai dari dirinya dengan melakukan pembiasaan pembiasan budaya positif yang sudah ada disekolah sehingga menjadi terbiasa. Salah satu contohnya adalah disiplin.

Berbicara disiplin selalu terbayang di ingatan kita adalah  tata tertib dan kepatuhan, dan juga sering dihubungkan oleh sebahagian orang dengan hukumuman atau ancaman, sedangkan disiplin menurut budaya kita kata “disiplin” dimaknai dengan menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang kepada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan dan kita sering menghubungkan kepatuhan dengan ketidak nyamanan (modul,2.1 CGP). Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara Menyatakan Bahwa “ Dimana ada kemerdekaan disitulah harus ada disipin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat “Self Dicipline” yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras kerasnya. Tetapi itu sama saja, sebab jikalau kita tidak cakap melakukan Self Dicipline wajiblah penguasa lain mendisiplinkan. Dan peraturan demikianlah harus ada di dalam suasana merdeka.” (Ki Hajar Dewantara dalam Modul 2.1 /LMS 1.4)

Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa mencapai kemerdekaan atau dalam kontek pendidikan kita saat ini untuk menciptakan murid merdeka harus disiplin yang kuat.disiplin yang dimaksud adalah disiplin yang memiliki motivasi internal. Jika tidak memiliki motivasi internal, maka kita memerlukan orang lain untuk mendisiplinkan kita atau motivasi eksternal.lebih lanjut Ki hajar Dewantara mengatakan Merdeka Itu adalah “Mardikaiku jarwanya, nora mung lepasing pangreh, nging uga kuwat kuwasa amandiri priyangga (merdeka itu artinya tidak hanya terlepas dari perintah; akan tetapi juga cakap buat memerintah diri sendiri).

Pemikiran Ki Hajar dewan tara ini sejalan dengan pandangan  Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, 2001, Diane menyatakan arti dari kata Disiplin berasal dari bahasa latin “Disciplina” yang artinya “belajar” kemudian kata Disciline bersal dari kata yang sama yeng berarti “Disciple” atau murid/pengikut, kemudian Diane melanjutkan bahwa kata Disiplin juga bisa diartikan seorang menggali potensi diri, bagaimana mengontrol diri,dan menguasai diri mengacu kepada nilai nilai yang kita hargai.

Jadi seseorang yang memiliki disiplin  diri berarti dia bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukanya, kerena mereka melakukan tindakan  berdasarkan nilai nilai kebajikan yang universal. Sebagai Guru (Pendidik) kita memiliki tujuan bagaimana siswa/murid  memiliki disiplin diri sehingga  mereka bisa berprilaku dengan mengacu kepada nilai nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi instrinsik dan ekstrinsik.

Budaya positif yang akan kita tumbuhkan adalah displin postif, dimana disiplin i ini akan terwujud disekolah apabila ada motivasi prilaku manusia, terkadang murid disiplin karena menghindari hukukuman,mendapatkan imbalan atau pujian dan ingin menjadi yang terbaik dan menghargai diri sendiri dengan nilai nilai yang mereka percayai, untuk menumbuhkan dan mencipkan budaya dan disiplin positif ada beberap cara:

1.    Memulai dari diri

Untuk menumbuhkan budaya postif tentang disiplin postif disekolah sebagai guru tentu kita mulai dari diri kita dengan menunjukkan kepada siswa  bahwa kita senantiasa melakukan kegiatan disekolah sesuai dengan ketentuan yang ada dan melaksanakannya secara terus menerus karena kita memiliki nilai budaya dan keyakinan tentang apa yang kita lakukan adalah sebuah tanggung jawab. Contohnya datang kesekolah tepat waktu. Jika kita sudah menyakini bahwa datang tepat waktu adalah sebuah nilai disiplin positif yang adatang dari dalam diri kita maka kita akan melaksanakannya dengan senang hati tanpa ada paksaan dari siapapun karena datang tepat waktu adalah kebutuhan untuk bisa sukses menunutut ilmu.

Motivasi yang perlu dikembangkan pada konsep ini adalah menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang dipercayai, artinya jika motivasi ini ada dalam diri kita masing masing maka akan terwujud budaya disiplin positif disekolah.

2.   Membangun Kolaborasi  antara murid, guru dan orag tua.

Kolaborasi itu penting untuk mencapai hasil terbaik saat menyelesaikan masalah yang rumit. Agar kolaborasi dapat berhasil, diharuskan untuk mengidentifikasi kapan dan bagaimana berkolaborasi. Hal ini bisa dicapai dengan berlatih. Begitu pula pemahaman tentang mitra kerja sama. Dibutuhkan pemahaman dan penghargaan pada keahlian, kompetensi serta karakter orang lain. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan kolaborasi yang tertinggi dapat diraih ketika kolaborasi itu melibatkan orang-orang dengan beragam gaya belajar, nilai-nilai, budaya, pendidikan dan latar belakang pekrjaan yang berlainan. Orang-orang tersebut akan menghadirkan pemikiran yang benar-benar berbeda dan akibatnya suatu persoalan akan ditangani dari berbagai segi. Akan tetapi, agar kolaborasi di level ini bisa berjalan efektif, dibutuhkan kepercayaan dan rasa saling menghormati.

Melakukan perubahan disekolah maupun dikelas tidak akan bisa kita lakukan sendiri pasti kita butuh orang lain, dalm rangka menumbuhkan budaya postif disekolah maka perlu guru bekolaborasi dengan kepala sekolah, dan murid sehingga budaya disiplin positif yang akan kita wujudkan tercapai dengan baik.

3.   Menbuat keyakinan kelas

Setiap tindakan atau perilaku yang kita lakukan di dalam kelas dapat menentukan terciptanya sebuah lingkungan positif. Perilaku warga kelas tersebut menjadi sebuah kebiasaan, yang akhirnya membentuk sebuah budaya positif. Untuk terbentuknya budaya positif pertama-tama perlu diciptakan dan disepakati keyakinan-keyakinan atau prinsip-prinsip dasar bersama di antara para warga kelas. Penyatuan pemikiran untuk mendapatkan nilai-nilai kebajikan serta visi sekolah tersebut kemudian diturunkan di kelas-kelas menjadi keyakinan kelas yang disepakati bersama.

 Nilai nilai kebajikan yang bersifat universal dan disepakati bersama sama secara universal, lepas dari suku, ras, bangsa dan agama, keyakinan akan lebih memotivasi seeorang dari dalam diri, atau motivasi Instrinsik, maka seseorang akan tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya dari pada hanya sekedar menjalankan atau mentaati peraturan.siswa pun juga begitu mendegarkan dan mendalami tentang keyakinan dari pada hanya mendengarkan peraturan yang akan mengatur mereka dan menhilangkan kemerdekaan.

Oleh sebab itu Paradigma baru belajar adalah bagaimana guru bisa membangun budaya dengan disiplin positif  dengan membuat keyakinan, yang dibuat secara kolaborasi antara guru dan murid dikelas.

 REFLEKSI

  1. Setelah Pembelajaran hari ini saya akhirnya  memahami bahwa yang saya lalkukan selama ini disekolah jauh dari sempurna maka dengan materi ini saya akan lebih baik.
  2. Setelah belajar hari ini saya akhirnya mengetahui, paradigm baru pendidikan dengan menumbuhkan budaya disiplin positif mengawali  dengan keyakinan kelas
  3. Setelah pembelajran ini target saya akan mengembangkan budaya positif dengan disiplin Positif dan merubah kesepakatan kelas dengan keyakinan kelas
  4. Persaan saya setelah belajar modul 1.4 ini senang dan bahagia karena saya mendapatkan cara baru dalam mendisiplikan siswa tanpaharus berteriak dan lain sebagainya








0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda